“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan telah
Kami wahyukan kepada mereka untuk senantiasa mengerjakan kebajikan,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu
mengabdi.”(QS. Al-Anbiya’: 73)
Sesungguhnya
bak seubah mobil takkan berjalan tanpa adanya seorang sopir yang mengendalikan.
Begitu juga sebuah pesawat tak bisa terbang tanpa adanya seorang pilot.
Sama halnya ketika sebuah organisasi
bahkan komunitas sekalipun tidak akan ada karya yang dapat ditorehkan tanpa
adanya pemimpin ataupun pimpinan. Sehingga merupakan suatu hal yang mutlak
dibutuhkan adanya seorang penggerak pada suatu organisasi tertentu.
Namun
demikian seorang pemimpin dalam organisasi tidaklah asal-asal saja dipilih.
Karena akan menentukan keberlangsungan jalannya organisasi yang telah dibentuk.
Sebuah mobil dengan sopir yang tidak memiliki keahlian sangat riskan dalam
perjalanannya karena rawan akan kecelakaan. Oleh karena itu perlu menentukan
orang yang memiliki kualifikasi dalam banyak hal.
1.
Memiliki
aqidah yang kuat
Dalam
ayat di atas menunjukkan bahwa seorang pemimpin itu patuh pada Allah Swt
sebagai sang Khaaliq. Hal ini ditunjukkan dengan keimanannya pada Allah
swt serta ditunjukkan dengan kualitas ibadahnya di depan tuhannya. Seorang
pemimpin yang patuh pada Allah tidak akan menjadikan amanah sebagai pemimpin
itu untuk tujuan lain selain mencari ridho-Nya, ikhlash pada-Nya. Sehingga
tidak terbersit sama sekali dalam hatinya untuk mendapatkan hal-hal duniawi
apalagi hanya sekedar popularitas semata.
Dan Kami jadikan di antara mereka itu
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar
dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”. (Q.S.
As- Sajdah:24)
2.
Menjadi
teladan
Ayat
di atas dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin hendaknya dapat menjadi
teladan bagi para anggotanya dalam banyak hal mulai dari kejujuran, kesabaran,
serta keadilan.
Islam
telah mengajarkan semenjak beratus tahun yang lalu, akan sosok yang dapat
dijadikan sebagai seorang teladan dalam kepemimpinan. Ialah Muhammad bin
Abdullah. Rosulullah SAW. Sosok Muhammad yang selalu jujur dalam berucap dan
berbuat hingga kepercayaan masyarakat padanya karena kejujuran yang ia miliki.
Beliau telah menjadi teladan juga dalam hal kesabaran. Sabar ketika para
pasukannya tidak menuruti kata-kata beliau hingga mereka kembali mematuhi
keputusan Rosul. Serta keadilan yang bukan berarti setara namun meletakkan
sesuatu sesuai pada tempatnya (proporsinya).
3.
Berpengalaman
dan memahami karakteristik medan yang dipimpin
Yang berikutnya, menjadi seorang pemimpin
harus memahami apa dan bagaimana medan yang ia pimpin. Apakah itu komunitas
seni, apakah itu komunitas pendidikan atau lain sebagainya. Dengan kata lain
seorang pemimpin harus mampu memimpin. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
pengalaman-pengalamannya selama memimpin. Seberapa jauh keberhasilan yang telah
dicapainya selama memimpin dan kemajuan apa saja yang telah diraihnya.
4.
Menjadi
peisai dan juga mengayomi
Terakhir,
seorang pemimpin sudah sepatutnya mengayomi anggota maupun warganya. Bahkan
menjadi perisai yang berada di garda terdepan jika terjadi pertempuran.
Sebagaimana hadist berikut ini:
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Dari Nabi saw. beliau bersabda: Sesungguhnya seorang pemimpin itu merupakan perisai, rakyat akan berperang di belakang serta berlindung dengannya. Bila ia memerintah untuk takwa kepada Allah azza wa jalla serta bertindak adil, maka ia akan memperoleh pahala. Namun bila ia memerintah dengan selainnya, maka ia akan mendapatkan akibatnya. (Shahih Muslim No.3428)
Dari Nabi saw. beliau bersabda: Sesungguhnya seorang pemimpin itu merupakan perisai, rakyat akan berperang di belakang serta berlindung dengannya. Bila ia memerintah untuk takwa kepada Allah azza wa jalla serta bertindak adil, maka ia akan memperoleh pahala. Namun bila ia memerintah dengan selainnya, maka ia akan mendapatkan akibatnya. (Shahih Muslim No.3428)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar