Siapa
yang tidak setuju bahwa langit itu indah. Langit biru nan cerah dengan ornamen
gumpalan-gumpalan awan yang menambah ramainya warna seni lukisan ciptaan-Nya.
Bahkan kian banyak orang yang ingin melihat sesaat cantiknya lukisan semburat
jingga di pagi hari atau goresan indah di senja hari.
Kian
banyak orang yang mencari keindahan demikian yang mungkin hanya untuk menenangkan
jiwa. Setelah seharian, bahkan berhari-hari hanya berhadapan dengan kesibukan
dunia kerja dengan segala aktivitas yang menyesakkan.
Juga
malam dengan sekian banyak gemintang dengan atau tanpa gundukan awan yang
mengganggu, ia tetap tampak menawan di mata ini.
Bahkan
hari ini sepertinya begitu ingin ku gapai indahnya langit, kala malam ingin ku
petik sebuah saja bintang untuk ku simpan di saku bajuku ini. Yang bisa kulihat
kapan saja kumau. Namun sebuah kemustahilan bagi saat ini ku mencari penerang
untuk sakuku yang kian lusuh ini. Berusaha setiap kali menemukan cara bisa
menggapai bintang, namun kian kuurungkan niat itu kala asa mulai mencapai
akhirnya.
Apakah
impian ku ini sangat sebegitu mustahilnya bahkan untuk membuat sebuah mobil
saja yang bisa mengantarkanku ke bintang seperti sebuah kemustahilan.
Ia ibarat pepatah ingin memeluk
gunung tapi apa daya tangan tak sampai.
Hmmm…ya harus dicoba memang. Yang
penting tetap azamkan diri menjadi pilar yang dapat menjadi bintang agar tak
perlu menggapai langit. Karena kini…
Bintang itu…
Telah ada di hatiku…bukan di
sakuku. Karena akulah bintang itu maka semangat itu harus terpancar karena bukan
ia hanya bertaburan di langit tetapi juga bintang yang berserakan di muka bumi.