Minggu, 20 Mei 2012

Roda Yang Bundar



          Tiada langkah tanpa adanya perubahan posisi kecuali orang yang diam yang jalan di tempat. Orang yang terus berjalan akan tampak padanya perubahan posisi dari jarak semula. Tentunya dalam setiap langkah maju, mundur, samping akan mendapatkan kondisi tanah pijakan yang tidak akan sama, mungkin semula itu datar, kemudian miring, kemudian bergelombang, berlobang atau justru semakin halus. Demikianlah setiap manusia mengalami hal-hal seperti itu. Dimana layaknya sebuah putaran roda yang satu ketika terkadang berada di atas, terkadang berada di bawah.  
          Namun, beruntungnya roda sudah terbentuk dan diciptakan dalam bentuk yang bundar sehingga kapanpun selama tubuhnya masih bundar ia akan menggelinding, tanpa diam dan kan terus berjalan selama ada gaya yang bekerja padanya tidaklah membuat dia terhenti. Hanya akan berhenti bila telah habis tenaganya atau sudah tidak lagi berbentuk bundar.
          Hidup kita hanya diberi satu kesempatan saja. Tentunya berharap menjadi kesempatan yang membuahkan kenangan manis. Tapi sudahkah diri ini menjadi seperti roda yang berbentuk bundar dengan segala fleksibilitas yang dimiliki, menjadi orang yang bisa menerima segala masukan dari orang lain, mampu menjadi pelita bagi gelapnya dunia, menjadi segelas air yang menyegarkan bagi hausnya kerongkongan atas terik matahari di padang pasir yang menyengat. Menjadi orang yang sabar dalam kondisi yang tidak menyenangkan setelah keluar dari zona nyaman. Berlari manakala orang-orang sedang santai berjalan dan berjalan kala orang lain sibuk berlari. Atau harus terlepas dari ketergantungan pada makhluk lain. Sehingga tidak terpengaruh oleh kondisi lingkungan duniawi semata.
          Semoga semangat untuk memberi manfaat pada yang lain dengan segala yang dimiliki selalu dimiliki. Keteguhan  hati, keyakinan yakni ketsiqohan dan tawakkal pada-Nya lah kuncinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar