Sombong Vs
Percaya Diri
“kog kamu gitu sih...”
“Kog dia tampak percaya diri dengan
penampilannya yah..”
“Eghh sombong banget sih anak
itu...”
Demikianlah kata yang acap kali
keluar dari mulut kita ini. Seolah dengan mudahnya menjastifikasi siapa dia,
dia begini, dia begitu, dia SOMBONG-kah atau PERCAYA DIRI?
Sombong, ada yang bilang itu
merupakan sifat Allah (sebut: Al Mutakabbir), ada juga yang bilang melampaui
batas (Bagus dalam sebuah diskusi), ada juga yang blang bahwa sombong merupakan
sikap pengada-adaan karena ketidakmampuan seseorang dalam melakukan sesuatu
(Wahyu, dalam sebuah diskusi). Bahkan ada yang mengatakan bahwa sombong sebetulnya
merupakan bagian dari rasa percaya diri. Sedangkan Percaya diri didefinisikan
sebagai sikap yakin akan kemampuan yang dimiliki oleh dirinya sendiri
–Ridlo,dalam sebuah diskusi – (diartikan secara sederhana dari kata percaya dan
diri). Kalau memang demikian apa sih bedanya antara kedua sikap ini serta
bagaimana mengetahui bahwa seseorang itu sombong ataupun justru percaya diri?
Menurut hemat penulis, Sombong
dan percaya diri berada pada tingkatan yang sama, hanya saja ada sekat yang
membatasi antara keduanya. Sekat ini sangatlah tipis bahkan mungkin lebih tipis
dari sekedar rambut kita. Mengapa demikian, karena yang membedakan antara
keduanya lebih jelas hanya dapat diketahui oleh orang yang melaksanakannya
(pelaku) serta hal-hal yang menjadi
tujuan si pelaku melakukan hal tersebut. Sebagai contoh sederhana, seorang yang
kemudian menjadi pembicara pada sebuah “Nadwah” (sebut: seminar),
kemudian merasa ppercaya diri namun di pertengahan ia menyampaikan isi materi,
lantas kemudian merasa bahwa dirinya memiliki lebih dari yang lain atau
menganggap remeh orang yang diajak bicara atau dengan kasus lain semisal
peserta menanggapi pembicara, namun kemudian pembicara merasa bahwa masukan
yang diberikan peserta “nadwah” justru tidak lebih baik dari pendapatnya
baik diungkapkan maupun hanya dalam hati.
Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa Sombong merupakan sikap menolak kebenaran dan juga meremehkan
orang lain. Seperti dalam hadis Rosulullah SAW bersabda
الْكِبْرُ بَطْرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Menolak kebenaran
dan merendahkan manusia”. Adapun batharul haq artinya mengingkari kebenaran dan menolaknya.
Sedang ghomthunaas artinyameremehkan
mereka (manusia).
Percaya
Diri, Menurut hemat saya dapat terbagi menjadi tiga bagian yakni
1.
Tingkat
atas
Artinya percaya diri yang
dianggap berlebihan, yang mana dapat mendekati pada kesombongan. Menganggap
diri senantiasa lebih dari orang lain. Sehingga harus banyak-banyak istighfar serta
muhasabah diri untuk kembali menurunkan rasa percaya diri yang berlebihan itu.
2.
Tingkat
pertengahan
Demikianlah percaya diri yang
diharapkan, yakni tepat menempatkannya pada situasi dan kondisi tertentu.
Melakukan sesuatu karena Allah, tidak meremehkan orang lain, serta bisa
menerima masukan dari orang lain dengan tenang. Tidak merasa lebih akan potensi
yang dimiliki karena semua hanyalah titipan dari Allah SWT, serta tidak pula
merasa rendah diri karena kita diciptakan dari sesuatu yang sama yang membedakan
hanyalah keimanan seseorang saja, perasaan rendah diri yang bahkan ditunjukkan
kepada seorang menteri, bahkan presiden itu tidak diperkenankan, kecuali pada
seorang guru yakni sebagai rasa hormat kita atas ilmu yang mereka miliki, namun
tetap pada batasan-batasan tertentu yang tidak menyalahi aqidah (tidak
mengkultuskan orang tersebut sebagai tuhan dsb)
3.
Tingkat
bawah
Percaya diri yang amat lemah,
yang merasa bahwa kita tidak memiliki potensi, karena sesungguhnya Allah
menciptakan kita dalam bentuk yang paling sempurna.
Demikian, semoga memberi manfaat terutama
bagi penulis, dan umumnya bagi pembaca. Serta kita semua dapat menjaga hati
kita dari rasa sombong pada Allah SWT.
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar