Selasa, 28 Februari 2012

Doa-Q


Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Para Hadirin, marilah sejenak kita tundukan kepala kepada sang Maha Agung , sang pencipta alam semesta, Allah SWT.

A’uzubillahiminasysyaithoo nirrojiim
Bismillahirrohmanirrohiim
Allohumma Sholli ‘Ala Sayyidina Muhammadin  Wa’ala sayyidina muhaammad
Alhamdulillahirobbil ‘Alaamiin Hamdan Syaakirin, Hamdan naa’imiin HamdanYuwafi Ni’amahu wayukafi maziidah Yarobbana lakal hamdu kama yanbaghi Lijalaali wajhika wa’aziimi shulthoonik

Ya ALLAH Ya Rohman…
Ya rohman Rohiim
Yang member begitu banyak nikmat kepada kami,  Tentunya kian banyak nikmat yang engkau anugerahkan kepada kami, bahkan kami tak mampu lagi menghitungnya satu per satu

Engkau menganugerahkan  mata  agar kami gunakan tuk membaca kebesaran ciptaan-Mu,
Engkau anugerahkan mulut agar kami senantiasa berzikir pada-Mu,
Engkau anugerahkan pikiran pada kami mengetahui jalan-mu
Engkau anugerahkan kami Kaki tuk terus melangkah berjalan dalam petunjuk-Mu
Engkau anugerahkan kenikmatan lainyang tak lagi dapat kami hitung

Ya Allah ya Ghaffar…
Begitu banyaknya kenikmatan itu, namun tidak sedikit pula kami sering bermaksiat pada-Mu..
Tidak melaksanakan perintahmu karena perihal alas an hawa nafsu semata…
Ampunilah kami ya Allah yang sering kali mengabaikan panggilan-Mu, jauh dari syariat rosul-Mu,
Melalaikan tugas-tugas orang tua kami, seruan guru-guru kami, dosen-dosen kami serta sahabat kami

Ya Allah ..
Maafkanlah dosa-dosa orang tua kami, para guru dan dosen kami, sahabat-sahabat kami, serta orang-orang yang telah dengan sabar dan tekun membimbing kami, menasihati segala kekurangan dan kelemahan kami demi menjadikan kami orang-orang yang lebih berkarakter. Jadikanlah mereka orang-orang yang semakin kuat dalam mendidik adik-adik kami serta masukkanlah mereka menuju Jannah-Mu sebagai balasan atas kesabaran dan keteguhan mereka membina dan membimbing kami dan adik-adik kami.

Ya Allah ya Aliim
Kami sadari ilmu ini merupakan anugerah dari engkau, tak sedikitpun kami memilikinya kecuali hanyalah titipan dari-Mu. Karenanya ikatkanlah ilmu –Mu dalam hati kami sehingga kami dapat dengan mudah mengamalkannya di jalan-Mu serta hanya mengharap ridlo-Mu.

Ya Allah Ya Kariim
Berikanlah kami kekuatan dan ketabahan serta kesabaran dalam menegakkan keadilan di negeri ini, di dunia ini, sehingga kami menjadi sarjana yang bertaqwa pada Tuhan YME, mandiri dan cendikia menuju terciptanya masyarakat yang religious dan bermoral sesuai kehendak-Mu.


 Ya Allah, Engkau tahu bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam kecintaan kepada-Mu, Telah berjumpa dalam mentaati-Mu, telah bersatu dalam dakwah kepada-Mu, telah terjalin dalam membela syariat-Mu. Maka teguhkanlah, Ya Allah, ikatannya; kekalkanlah kasih sayangnya; Tunjukilah jalan-jalannya; penuhilah hati itu dengan cahaya-Mu yang tidak pernah sirna; lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman kepada-Mu dan, Indahnya kepasrahan kepada- Mu; hidupkanlah ia dengan bermakrifah kepada-Mu; dan matikanlah ia diatas kesyahidan di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik
Pelindung dan sebaik-baik penolong. Ya Allah, kabulkanlah. Dan curahkanlah sholawat, kesejahteraan dan kedamaian kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, Serta kepada keluarga dan para sahabat beliau”.

Ya Alloh, hanya kepadamu kami menghamba, hanya kepadamu kami meminta & hanya kepadamu pula kami memohon,tiada daya & upaya melainkan karena kehendakMU.. perkenankanlah doa kami ya Alloh.. Subhanaka Rabbika Rabbil ‘izzati ‘Amma Yasifuun , Wasalaamu ‘ala. Mursaliina Wal Hamdulillahi Rabbil ‘Alamiin
Robbana Laatuzigh qulubana ba’da Iz haitana Wahablana min ladunka Rohamatan innaka antal Wahhab
Robbana Atiina Fiddunya HasanahWafil Akhiiroti khasana waqina ‘azaa banner.
Washoollallahu ‘ala sayyina muhammadin wa’alaa alihi washohbihiwasallam

Amiin yarobbal ‘Alaamiin

Wassalamua’alaikum warohmatullahi Wabarokatuhu.


gambar:

Rabu, 22 Februari 2012


Seminar Nasional Pendidikan Karakter

Membangun karakter religius dalam perkembangan sains menuju peradaban yang madani, demikianlah tema yang diusung dalam acara Seminar Nasional Pendidikan Karakter yang diselenggarakan oleh Himpunan Aktivis Kajian Agama Jamaah Mushola Al-Furqon (Haska JMF) FMIPA UNY dan Jaringan Rohis MIPA Nasional (JRMN) wilayah IV pada hari Ahad, 15 Mei 2011, bertempat di Ruang Sidang Utama Rektorat Universitas Negeri Yogyakarta, menghadirkan pembicara Muhammad Jazir, Asp. (Dewan Masjid Indonesia) dan Prof. Dr. Abdul Mujib (Guru Besar Psikologi Islam UIN Syarif Hidayatullah). 
Jika kita berbicara mengenai Pendidikan karakter maka tidak akan ada habisnya, karena karakter pemuda Indonesia masih dalam taraf perlu dibangun. Demikianlah sambutan yang disampaikan Prof. Dr. Herminarto Sofyan. Acara ini dihadiri oleh jajaran dekan FMIPA UNY yaitu, Dr. Ariswan selaku Dekan FMIPA UNY dan Drs. Sutiman selaku Pembantu Dekan III FMIPA UNY serta lebih dari 120 peserta  dari berbagai universitas se-Jateng dan  DIY. Acara ini juga dimeriahkan oleh Fatih Nasyid Accapela.
Ilmu dalam Agama Islam diletakkan dalam posisi teritinggi bahkan ilmu menjadi syarat untuk menjadi seorang mukmin. Sehingga Ilmu juga menjadi syarat untuk menjadi seorang yang berkarakter. Bahkan Al-Quran menggesa umat manusia agar menjaidi Ilmuan yakni mulai dari gemar meperhatikan, melihat, mencermati atas segala fenomena semesta, gemar membaca dan meneliti. Berusaha mengilmui untuk dapat menyelesaikan/jawaban atas berbagai masalah. Senantiasa mewujudkan dzikir dalam berfikir atas segela wujud semesta untuk membongkar rahasia semesta alam serta bersikap terbuka dalam dunia pengetahuan. Itulah pemaparan yang disampaikan Bapak Muhammad Jazir selaku pembicara pertama.
“Kenapa Perlu Saintis yang berkarakter?”, Prof. Dr. Abdul Mujib selaku pemateri II melontarkan sebuah pertanyaan sebelum masuk pada pokok materi. Hal ini diatarbelakangi adanya ilmuan yang memanfaatkan kemapuannya tidak sebagaimana mestinya. Sebagai contoh, Kloning dalam rekayasa genetika yang telah berhasil dilakukan pada tumbuhan dan telah diujicobakan pada hewan, domba Dolly. Sehingga para ilmuan berlomba-lomba untuk mengembangkannya pada manusia, yang merupakan suatu penyimpangan yang tidak mempertimbang-kan aspek teologis, moral/ etika universal, dan hukum.   
Menjadi Seorang Saintis tidak hanya sebatas mengembangkan sains berdasarkan kaidah sains pada umumnya yang penggunaanny didasarkan atas moral religious (aksioogis), yakni hanya pada sisi kebermanfaatannya saja, namun juga agar dapat melihat aspek lain yakni ontologis dan epistemologis artinya  bagaimana hakikatnya serta serta realita yang ada.
Satu hal yang menjadi poin penting adalah bahwa setiap kegiatan sains samua harus berlandaskan pada kalimat ‘bismirabbik’ artinya semua kegiatan adalah hanya untuk satu tujuan yaitu membaca bukti-bukti keesaan Allah, sehingga benar adanya ilmu yang meningkatkan iman kepada sang Khaliq. Oleh Karena itu tidak ada pembatas dan pembeda antara ilmu dan agama. Ilmu Fisika adalah Ilmu agama, ilmu kimia adalah ilmu agama dan seterusnya. Sehingga dalam menuntut ilmu tidaklah hanya sekadar agar mudah mencari pekerjaan tapi merupakan sarana beribadah yang dilakukan dengan ikhlas serta bersikap tawadhu dan tidak menyombongkan diri, karena ilmu yang dimiliki sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan sang pemilik ilmu.
Pada pukul 12.15 acara yang dibersamai Moderator, Akhmada Hasby Ash-shiddiqy ini berakhir.”Acara ini bagus dan sering-sering saja dilaksanakan.Itulah salah satu pesan yang disampaikan salah seorang peserta yakni mahasiswi dari Universitas Ahmad Dahlan.
Semoga Ilmu yang diperoleh dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari demi kamajuan Sains dan Islam. Wallahua’lam.

Kamis, 16 Februari 2012


Sombong Vs Percaya Diri
“kog kamu gitu sih...”
 “Kog dia tampak percaya diri dengan penampilannya yah..”
“Eghh sombong banget sih anak itu...”
                Demikianlah kata yang acap kali keluar dari mulut kita ini. Seolah dengan mudahnya menjastifikasi siapa dia, dia begini, dia begitu, dia SOMBONG-kah atau PERCAYA DIRI?
                Sombong, ada yang bilang itu merupakan sifat Allah (sebut: Al Mutakabbir), ada juga yang bilang melampaui batas (Bagus dalam sebuah diskusi), ada juga yang blang bahwa sombong merupakan sikap pengada-adaan karena ketidakmampuan seseorang dalam melakukan sesuatu (Wahyu, dalam sebuah diskusi). Bahkan ada yang mengatakan bahwa sombong sebetulnya merupakan bagian dari rasa percaya diri. Sedangkan Percaya diri didefinisikan sebagai sikap yakin akan kemampuan yang dimiliki oleh dirinya sendiri –Ridlo,dalam sebuah diskusi – (diartikan secara sederhana dari kata percaya dan diri). Kalau memang demikian apa sih bedanya antara kedua sikap ini serta bagaimana mengetahui bahwa seseorang itu sombong  ataupun justru percaya diri?
                Menurut hemat penulis, Sombong dan percaya diri berada pada tingkatan yang sama, hanya saja ada sekat yang membatasi antara keduanya. Sekat ini sangatlah tipis bahkan mungkin lebih tipis dari sekedar rambut kita. Mengapa demikian, karena yang membedakan antara keduanya lebih jelas hanya dapat diketahui oleh orang yang melaksanakannya (pelaku) serta hal-hal yang  menjadi tujuan si pelaku melakukan hal tersebut. Sebagai contoh sederhana, seorang yang kemudian menjadi pembicara pada sebuah “Nadwah” (sebut: seminar), kemudian merasa ppercaya diri namun di pertengahan ia menyampaikan isi materi, lantas kemudian merasa bahwa dirinya memiliki lebih dari yang lain atau menganggap remeh orang yang diajak bicara atau dengan kasus lain semisal peserta menanggapi pembicara, namun kemudian pembicara merasa bahwa masukan yang diberikan peserta “nadwah” justru tidak lebih baik dari pendapatnya baik diungkapkan maupun hanya dalam hati.
                Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Sombong merupakan sikap menolak kebenaran dan juga meremehkan orang lain. Seperti dalam hadis Rosulullah SAW bersabda

الْكِبْرُ بَطْرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
Menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. Adapun batharul haq artinya mengingkari kebenaran dan menolaknya. Sedang ghomthunaas artinyameremehkan mereka (manusia).
                Percaya Diri, Menurut hemat saya dapat terbagi menjadi tiga bagian yakni
1.       Tingkat atas
Artinya percaya diri yang dianggap berlebihan, yang mana dapat mendekati pada kesombongan. Menganggap diri senantiasa lebih dari orang lain. Sehingga harus banyak-banyak istighfar serta muhasabah diri untuk kembali menurunkan rasa percaya diri yang berlebihan itu.
2.       Tingkat pertengahan
Demikianlah percaya diri yang diharapkan, yakni tepat menempatkannya pada situasi dan kondisi tertentu. Melakukan sesuatu karena Allah, tidak meremehkan orang lain, serta bisa menerima masukan dari orang lain dengan tenang. Tidak merasa lebih akan potensi yang dimiliki karena semua hanyalah titipan dari Allah SWT, serta tidak pula merasa rendah diri karena kita diciptakan dari sesuatu yang sama yang membedakan hanyalah keimanan seseorang saja, perasaan rendah diri yang bahkan ditunjukkan kepada seorang menteri, bahkan presiden itu tidak diperkenankan, kecuali pada seorang guru yakni sebagai rasa hormat kita atas ilmu yang mereka miliki, namun tetap pada batasan-batasan tertentu yang tidak menyalahi aqidah (tidak mengkultuskan orang tersebut sebagai tuhan dsb)
3.       Tingkat bawah
Percaya diri yang amat lemah, yang merasa bahwa kita tidak memiliki potensi, karena sesungguhnya Allah menciptakan kita dalam bentuk yang paling sempurna.
Demikian, semoga memberi manfaat terutama bagi penulis, dan umumnya bagi pembaca. Serta kita semua dapat menjaga hati kita dari rasa sombong pada Allah SWT.
Wallahu a’lam.